Selasa, 20 November 2018

Peran Mahasiswa di era Milenia

Peran Mahasiswa di era Milenia
Peran Mahasiswa di era Milenia


Menurut peneliti sosial generasi yang lahir pada rentang tahun 1980an hingga tahun 2000 merupakan kehidupan Generasi Y atau lebih populer kita menyebutnya dengan era Millenial. Dengan kata lain , generasi Millenial ini adalah anak-anak Muda yang saat ini berusia antara 15-35 tahun, inilah yang sekarang menjadi generasi berusia produktif. Konsumtif, Ambisius, gadget oriented, sadar pentingnya privasi, tetapi payah dalam urusan keungan merupakan salah satu ciri kehidupan di generasi ini. Mereka adalah para professional muda yang dengan karakteristik uniknya menimbulkan gelombang perubahan di seluruh dunia. Sayangnya perubahan ini tidak selalu berorientasi baik karena penyalahgunaan potensi juga keadaan di era ini. Maka sebagai mahasiswa yang notabenenya merupakan bagian dari generasi ini mempunya peran dan fungsi yang fital dalam kehidupan era Millenial ini.



Banyak tokoh menyebutkan definisi dari gelar mahasiswa itu sendiri. Tetapi mahasiswa bukan hanya sekedar gelar maha pada status kesiswaannya di perguruan tinggi saja. Lebih dari itu ada tanggung jawab moral dalam mengemban status kemahasiswaannya. Tidak semua mahasiswa dapat bertanggung jawab atas gelar mahasiswanya. Maka dari itu yang mempunyai peran fital dalam kehidupan era Millenial itu adalah mereka yang dengan sadar dan sungguh-sungguh bukan hanya sekedar bangga atas gelara mahasiswanya. Tetatpi benar-benar membuktikan dan memberikan sumbangsih status kemahasiswaannya pada kehidupan hari ini kehidupan era millenial. Sejarah mencatat anak anak muda yang digelari mahasiswa ini telah memberikan sumbangsih besar kepada kehidupan sosisal. Pergerakan pada tahun 1998 diantaranya. Ini menjadi bukti mahasiswa bukan hanya sekedar bagian dalam kehidupan sosial tetapi pemegang peranan penting dalam kehidupan sosial.
Sejarah akan terus berlanjut dan rotasi sejarah inilah yang akan mengantarkan mahasiswa dalam perjuangan menemukan identitas dirinya yang seutuhnya sebagai bagian dalam lapisan masyarakat. 

Dan era Millenial ini merupakan lahan yang tepat bagi mahasiswa untuk terus mengekpresikan kreativitas juga inovasi perubahan sebagai buah implementasi kemahasiswaannya dalam kehidupan bermasyarakat. Tentu sebuah harapan besar bagi bangsa ini melihat dari catatan manis sejarah bahwa Mahasiswa dapat berjalan dengan kesadaran seutuhnya tanpa intervensi-intervensi kepentingan-kepentingan kecil yang bersifat politis. Mahasiswa dapat menjadi penopang aspirasi dalam memberikan modal semangat juga perubahan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan sejarah dari bangsa ini seharusnya menjadi referensi yang kongkrit sebagai orientasi positif bagi Mahasiswa yang sadar akan eksistensinya sebagai mahluk sosial yang intelektualitas dan kritis.
Sungguh naif memang kalau kita tidak menyadari apa yang terjadi sekarang di era Millenial ini. Realitas membuktikan bahwa Mahasiswa di era Millenial ini tengah mengalami keterpurukan akan sistem yang telah mengubah haluan dari tanggung jawabnya sebagai Mahsiswa menjadi sebuah ketakutan di bawah intervensi kepentingan-kepentingan politis. Sehingga peran Mahasiswa terkekang dan kreativitas juga inovasi perubahan terhambat. Tapi ini bukanlah akhir karena rotasi waktu akan terus berjalan, oleh karena itu bangun dan bergerak adalah solusinya untuk kembali menemukan jati diri mahasiswa yang seutuhnya juga mengaplikasikan keilmuannya bukan hanay untuk kepentingan individu semata. Tetapi lebih dari itu harapan dari semua rakyat ini mengharapkan wujud nyata peran mahasiswa sebagai agen of Change dapat direalisasikan.

Mahasiswa sebagai bagaian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam setiap fenoemena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam perubahan menuju berkedaban. Disini mahasiswa dicetak sebagai “iron stok”, genearasi pengganti dari generasi sebelumnya. Dengan bekal keilmuan yang mempuni juga akhlak yang mulia, tentunya harapan besar perubahan bagi bangsa ini ada di pundak para mahasiswa, sebagai penerus estapet kehidupan dari generasi sebelumnya. Berbagai permasalahan yang terjadi sekarang ini harus sudah menjadi makanan empuk yang siap dilahap dengan kreatifitas penyelesaian masalahnya oleh mahasiswa. Dengan begitu di masa depan sudah tidak ada lagi yang namanya KPK karena KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ) telah tiada. Minuman Keras, Narkoba dsb hanyalah sebuah cerita di masa lalu. Inilah yang diharapkan oleh segenap rakyat Indonesia.

Hasil gambar untuk agent of change
Bukan hanya di bidang itu saja semua elemen kehidupan dari mulai pendidikan, sosisal dsb merupaka tempat untuk menyalurkan kreativitas juga inovasi perubahan bagi negeri ini. Tantangan di era millenial ini tentunya semakin banyak, dari mulai teknologi dimana di era ini internet merupakan sebuah makanan pokok di masa ini. Terlepas dari segala dampak yang ditimbulkan baik kelebihan dan kekurangannya. Mahasiswa harus bisa mensosialisasikan kehidupan yang benar dengan teknologi, sebagai transformasi juga implementasi keilmuannya dalam masyarakat. Sehingga dalam hal ini mahasiswa sebagai penymbung secara langsung pengaplikasikan keilmuannya dalam kehidupan bermasyarakat. Zaman sekarang ini ketika manusia lebih banyak menghabiskan kehidupannya di dunia gadget, internet. Lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia online dari pada offline harus segera ditemukan solusinya. Dan disini Mahasiswa harus bisa berperan. Dengan penggunaan yang cerdas kemajuan Teknolohgi tidak selalu berorientasi Negatif tapi bisa membawa perubahana yang besar dalam bidang pendidikan, ekonomi dsb. Aplikasi Gojek, ruang guru , paytren merupak sebuah terobosan perubahan karya anak bangsa yang bisa dijadikan bukti konkrit bahwa teknologi tidak selalu berorientasi Negatif.
Selain sebagai agen of change, iron stok mahasiswa juga harus bisa menjadi “Control Sosial “. Berbagai fenomena sosial yang terjadi harus bisa dikontrol oleh mahasiswa. Dengan cara mahasiswa berfungsi sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintah. Karena mahasiswa tidak bergelut dengan dunia pendidikan saja sebab sejarah mencatat bagaimana pergerakan mahasiswa dalam tragedi trisakti, era reformasi pelengseran Soeharto 1998. Disini jelas mahasiswa harus bisa menjadi pengontrol kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa bisa menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Dengan cara mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah, dengan media massa, demonstrasi dsb. Karena pemerintah juga perlu kritik untuk terus memperbaikinya ke arah yang lebih baik.
Hal selanjutnya yang menjadi permasalahan besar bangsa ini adalah degradasi akhlak, terbukti dengan banyaknya kasus korupsi, pembunuhan, pemerkosaaan dsb. Ini semua bukan karena kurangnya pengetahuan tetapi degradasi akhalaklah yang sudah merosot. Dalam hal ini mahasiswa harus bisa berperan dlam menjadga moral, akhlak juga etika yang secara turun temurun telah menjadi identitas bangsa ini dalam bingkai kehidupan yang religius. Kehidupan di kampus dengan latar belakang keberagaman harus bisa menjadi sebuah miniatur kehidupan bangsa ini. Nilai-nilai moral, akhalaq harus dijaga dengan cara mahasiswa sebagai pelopor dan publik figur bagi masyarakat, sehingga nilai-nilai agama, moral juga akhalq dapat terus dibudayakan dan tetap menjadi identitas bangsa ini.
Kini saatnya kita bangun dan mulai bergerak. Harapan besar masayrakat bangsa ini ada di pundak mahasiswa. Dengan mengoptimalkan peran juga fungsi sebagai mahasiswa dalam kehidupan sosial ini dapat menjadi cara untuk merubah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju dan berkeadaban. Semoga kita dapat amanah dalam mengemban tanggung jawab moral atas gelar maha pada status kesiswaan kita.

STRATAWMA.INC

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar